Topik : Strategi Manajemen Bisnis Total Menghadapi Persaingan Global
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era
globalisasi menurut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan teknik
bisnisnya sehari – hari. Dejalan dengan haltersenut, manajer dituntut untuk
dapat memahami dan meramalkan keadaan bisnis dimasa depan didasarkan pada
kerangka pikir yang sistematis, rasional, dan ekonomissehingga ketidakpastian
dan resiko mungkin muncul dapat dipertimbangkan untuk membuat perencanaan atau
keputusan – keputusan yang berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu
peramalan dalam dunia bisnis mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
perusahaan terutama dengan prosespengambilan keputusan. Untuk topik ini, saya
mengutip dari buku manajemen total dengan judul Strategi Manajemen Bisnis Total
Persaingan Global pada tahunnya yg diterbitkan pada tahun 1997.
B.
PERUMUSAN
MASALAH
Adapun
perumusan masalah dalam makala ini, yaitu:
1. Bagaimana Sistem Industri Indonesia Menghadapi Era
Perdagangan Bebas
2. Apakah Keunggulan Manajemen Bisnis Total dalam Sistem
Industri Modern
3.
Apakah
Perlu dukungan Pemerintah Saat Sistem Industri Indonesia Menghadapi Era
Perdagangan Bebas
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari prnulisan makala ini, yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas softskill Pengantar
Bisnis
2. Untuk mengetahui dan mempelajari tentang Strategi
Manajemen Bisnis Persaingan Global
3. Untuk mengetahui keunggulan dari Manajemen Bisnis
Total
4.
Untuk
mengetahui perlunya dukungan Pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Industri Indonesia Menghadapi Era Perdagangan Bebas
Telah diketahui bahwa perdagangan internasional
merupakan mesin dari pertumbuhan dan perkembangan suatu Negara. Kekuatan ekspor
produk – produk industri suatu Negara dapat digunakan sebagai indikator daya
saing industri dari Negara itu dalam perdagangan internasional. Suka atau
tidak, mau atau tidak mau, industri – industri Indonesia akan memasuki
persaingan global,yang mulai dengan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) pada tahun
2003, dilanjutkan dengan perdagangan bebas ASIA PASIFIK (APEC) yang akan
dimulai pada tahun 2010 bagi negara – negara maju dan paling lambat tahun 2020
bagi negara – negara berkembang.
Hal menarik yang perlu dikaji adalah peranan industri
– industri di Indonesia yang selama ini bertindak sebagai eksportir pasif,
karena melakukan kegiatan ekspor berdasarkan pesanan dari mitra dagang di luar
negeri. Model industri “ tukang jahit ” yang hanya berproduksi berdasarkan
pesanan dari luar negri, sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam era
perdagangan bebas, karena pilihan konsumen semakin bervariasi akibat industri
mudah memperoleh produk – produk industri dari berbagai Negara di pasar bebas
itu.
Antisipasi untuk memenangkan persaingan pasar bebas
harus dilakukan melalui mengubah pola eksportir pasif menjadi eksportir
aktif, sehingga model industri “tukang jahit” harus diubah menjadi
model industri “desainer”. Dalam situasi semacam ini, aktivasi industri melalui
kegiatan berproduksi saja tidak cukup. Aktivitas – aktivitas sistem modern
berupa : riset, desain, produksi, dan pemasaran, mau tidak mau harus dijalankan
apabila ingin menarik konsumen untuk membeli produk – produk industri kita.
Para industriawan Indonesia menyadari secepatnya segera membangun sistem
industri modern dalam waktu yang tersisa,apabila tidak menginginkan industri –
industri mereka digusur oleh industri – industri dari Negara lain dalam
perdagangan bebas ASEAN.
B.
Keunggulan
Manajemen Bisnis Total dalam Sistem Industri Modern
Proses industri harus dipandangan sebagai suatu
perbaikan terus – menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide –
ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi,
sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya berdasarkan informasi sebagai
umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (konsumen) itu kita dapat
mengembangkan ide – ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk
lama berserta proses produksi yang ada.
Dr. William Edwards Deming, seorang guru manajemen
kualitas dari Amerika srikat, pada bulan Agustus 1950 dalam suatu konferensi
dengan manajemen puncak di Hotel de Yama, Mount Hakone, Jepang, memperkenalkan
suatu diagram yang memandang industri sebagai suatu sitem. Perbaikan performasi
bisnis modern harus mencakup keseluruhan sistem industri dari kedatangan
material sampai kepada konsumen dan desain ulang produk atau barang dan atau
jasa untuk masa mendatang.
Konsep sistem industri yang dikemukakan oleh Deming
popular dengan nama “Road Deming” atau Deming’s Wheel. Bahwa Roda Deming
terdiri dari empat komponen utama yaitu: riset, desain produk, proses produksi,
dan pemasaran. Deming menekankan pentingnya interaksi tetap antara riset pasar,
desain produk, proses produksi, dan pemasaran, agar perusahaan industri mampu
menghasilkan produk dengan harga kompetitif dan kualitas yang lebih baik
sehingga memuaskan konsumen. Deming menjelaskan bahwa roda itu harus dijalankan
atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi
industri dan peningkatan kualitas. Berdasarkan informasi tentang keinginan
konsumen atau pasar yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif,
selanjutnya didesain produk sesuai keinginan pasar itu. Hal ini dapat dicapai
dengan menghilangkan pemborosan yang terjadi dalam proses produksi itu.
Selanjutnya, hasil dari proses produksi yang efisien dan berkualitas itu
didistribusikan ke konsumen atau distributor atau pengguna akhir dari produk
melalui bagian pemasaran dengan harga yang kompetitif. Setiap bagian dalam
organisasi industri modern harus mendukung bagian pemasaran dalam meningkatkan
kualitas kepada konsumen.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dipasar
global, Harington dan Harington (1995) mengemukakan bahwa dewasa ini di Amerika
Serikat telah dimulai dikembangkan apa yang disebut sebagai manajemen bisnis
total dalam industri modern.
David L. Hankim dan William Waylett melalui makalahnya
yang dipresentasikan dalam American Society for Quality Control (ASQC 49th
Annual Quality Congress di Cincinnati, Ohio, USA, pada tanggal 22-25 Mei 1995)
mengemukakan metodologi Visual Strategic Tbinking Paradigms (VSPT) yang
menciptakan hubungan visual antara pelanggan , pemegang saham, dan karyawan.
Hubungan antara pelanggan, pemegang saham, dan karyawan digambarkan sebagai
segitiga sama sisi yang tidak dapat dipisahkan. Banyak perusahaan di Amerika
Serikat telah menggunakan model – model VSPT untuk memilih proyek dan englokasikan
sumber – sumber daya. Survei kepuasan pelanggan melalui riset pasar yang
komprensif dan pemberdayaan karyawan melalui penerapan manajemen kualitas total
(TQM), dilakukan secara teratur untuk mengukur dampak dari proyek atau suatu
aktivitas industri terhadap kepuasan karyawan. Selanjutnya ukuran – ukuran
berupa efisien, keuntungan, rasio- rasio keuangan lainnya, secara audit
internal digunakan untuk menilai dampak dari suatu aktivitas industri itu pada
keputusan pemegang saham.
Konsep manajemen bisnis total telah mulai dikembangkan
dan diterapkan oleh manajemen industry dari berbagai Negara maju didunia.
Sebagai contoh adalah Singapura. Negara ini merupakan salah satu Negara maju
didunia, yang karena berada dalam posisi keterjepitan tidak memiliki number
daya alam, semakin bergairah untuk mengembangkan konsep manajemen bisnis total
yang menekankan pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif. Bahkan,
jaringan televise CNN pernah menyinggung bahwa kemungkinan Singapura akan
berkembang menjadi pulau ide – ide, yaitu pulau yang melahirkan ide – ide baru
sebagai mesin pengembangan dan kemajuan ekonomi Negara.
C.
Perlu
Dukungan Pemerintah
Pengembangan sistem industri modern membutuhkan dana
investasi yang besar, terutama pada pengembangan sumber daya manusia yang
hasilnya baru dinikmati setelah jangka panjang. Dalam hal ini bantuan
pemerintah kepada dunia industri sangat diharapkan, karena tidak mungkin
mengharapkan industiawan – industriawan untuk menanam investasi yang sangat
besar pada pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Berdasarkan konsep
Deming, sistem industri modern harus berlandasan pada pengembangan empat elemen
utama secara terus menerus dan terpadu yaitu: riset, desain, produksi, dan
pemasaran. Meningat bahwa untuk mengembangkan elemen – elemen riset dan desain
membutuhkan inventasi yang sangat besar, pemerintah dalam hal ini diharapkan
memberikan bantuan atau mengambil alih tanggung jawab perkembangan riset dan
desain dalam bidang industri.
Kemajuan ekonomi suatu bangsa di masa mendatang tidak
didasarkan pada kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, tetapi berdasarkan
pada kesiapan sistem industri dari Negara itu untuk menghasilkan produk –
produk industri yang kompetitif agar mampu memenangkan persaingan dipasar
global. Suatu produk industri dikatakan kompetitif, jika produk itu bisa
terjual dalam jumlah besar di pasar global, karena konsumen menganggap harga
dan kualitasnya dapat diterima, dibandingkan produk lain. Kualitas di sini
telah termasuk faktor – faktor berupa dukungan pelayanan, kredit, jaminan
penyerahan tepat waktu, jaminan perbaikan kembali, promosi, dan lain –lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hal menarik yang perlu dikaji adalah peranan industri
– industri di Indonesia yang selama ini bertindak sebagai eksportir pasif,
karena melakukan kegiatan ekspor berdasarkan pesanan dari mitra dagang di luar
negeri. Model industri “ tukang jahit ” yang hanya berproduksi berdasarkan
pesanan dari luar negri, sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam era
perdagangan bebas, karena pilihan konsumen semakin bervariasi akibat industri
mudah memperoleh produk – produk industri dari berbagai Negara di pasar bebas
itu.
Proses industri harus dipandangan sebagai suatu
perbaikan terus – menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide –
ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi,
sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya berdasarkan informasi sebagai
umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (konsumen) itu kita dapat
mengembangkan ide – ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk
lama berserta proses produksi yang ada.
Pengembangan sistem industri modern membutuhkan dana
investasi yang besar, terutama pada pengembangan sumber daya manusia yang
hasilnya baru dinikmati setelah jangka panjang. Dalam hal ini bantuan
pemerintah kepada dunia industri sangat diharapkan, karena tidak mungkin
mengharapkan industiawan – industriawan untuk menanam investasi yang sangat
besar pada pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Berdasarkan konsep
Deming, sistem industri modern harus berlandasan pada pengembangan empat elemen
utama secara terus menerus dan terpadu yaitu: riset, desain, produksi, dan
pemasaran. Meningat bahwa untuk mengembangkan elemen – elemen riset dan desain
membutuhkan inventasi yang sangat besar, pemerintah dalam hal ini diharapkan
memberikan bantuan atau mengambil alih tanggung jawab perkembangan riset dan
desain dalam bidang industri.
B.
Saran
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan makalah tentang
Strategi Manajemen Bisnis Total Menghadapi Persaingan Global ini masih jauh
dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sangat membantu penulis dalam
mencapai tujuan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz Vincent, PT.
Gramedia Pusat Utama: Manajemen Bisis Total dalam Era Globalisasi, Jakarta,
1997