Rabu, 27 November 2013

MANAJEMEN


Topik   : Strategi Manajemen Bisnis Total Menghadapi Persaingan Global



BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi menurut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan teknik bisnisnya sehari – hari. Dejalan dengan haltersenut, manajer dituntut untuk dapat memahami dan meramalkan keadaan bisnis dimasa depan didasarkan pada kerangka pikir yang sistematis, rasional, dan ekonomissehingga ketidakpastian dan resiko mungkin muncul dapat dipertimbangkan untuk membuat perencanaan atau keputusan – keputusan yang berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu peramalan dalam dunia bisnis mempunyai posisi yang sangat strategis dalam perusahaan terutama dengan prosespengambilan keputusan. Untuk topik ini, saya mengutip dari buku manajemen total dengan judul Strategi Manajemen Bisnis Total Persaingan Global pada tahunnya yg diterbitkan pada tahun 1997.

B.       PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam makala ini, yaitu:
           1.    Bagaimana Sistem Industri Indonesia Menghadapi Era Perdagangan Bebas
           2.    Apakah Keunggulan Manajemen Bisnis Total dalam Sistem Industri Modern
      3.    Apakah Perlu dukungan Pemerintah Saat Sistem Industri Indonesia Menghadapi Era Perdagangan Bebas

C.       TUJUAN
Adapun tujuan dari prnulisan makala ini, yaitu:
           1.    Untuk memenuhi salah satu tugas softskill Pengantar Bisnis
           2.    Untuk mengetahui dan mempelajari tentang Strategi Manajemen Bisnis Persaingan Global
           3.    Untuk mengetahui keunggulan dari Manajemen Bisnis Total
           4.    Untuk mengetahui perlunya dukungan Pemerintah







BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sistem Industri Indonesia Menghadapi Era Perdagangan Bebas
Telah diketahui bahwa perdagangan internasional merupakan mesin dari pertumbuhan dan perkembangan suatu Negara. Kekuatan ekspor produk – produk industri suatu Negara dapat digunakan sebagai indikator daya saing industri dari Negara itu dalam perdagangan internasional. Suka atau tidak, mau atau tidak mau, industri – industri Indonesia akan memasuki persaingan global,yang mulai dengan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) pada tahun 2003, dilanjutkan dengan perdagangan bebas ASIA PASIFIK (APEC) yang akan dimulai pada tahun 2010 bagi negara – negara maju dan paling lambat tahun 2020 bagi negara – negara berkembang.
Hal menarik yang perlu dikaji adalah peranan industri – industri di Indonesia yang selama ini bertindak sebagai eksportir pasif, karena melakukan kegiatan ekspor berdasarkan pesanan dari mitra dagang di luar negeri. Model industri “ tukang jahit ” yang hanya berproduksi berdasarkan pesanan dari luar negri, sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam era perdagangan bebas, karena pilihan konsumen semakin bervariasi akibat industri mudah memperoleh produk – produk industri dari berbagai Negara di pasar bebas itu.
Antisipasi untuk memenangkan persaingan pasar bebas harus dilakukan melalui mengubah pola eksportir pasif menjadi eksportir aktif, sehingga model industri “tukang jahit” harus diubah menjadi model industri “desainer”. Dalam situasi semacam ini, aktivasi industri melalui kegiatan berproduksi saja tidak cukup. Aktivitas – aktivitas sistem modern berupa : riset, desain, produksi, dan pemasaran, mau tidak mau harus dijalankan apabila ingin menarik konsumen untuk membeli produk – produk industri kita. Para industriawan Indonesia menyadari secepatnya segera membangun sistem industri modern dalam waktu yang tersisa,apabila tidak menginginkan industri – industri mereka digusur oleh industri – industri dari Negara lain dalam perdagangan bebas ASEAN.


B.       Keunggulan Manajemen Bisnis Total dalam Sistem Industri Modern
Proses industri harus dipandangan sebagai suatu perbaikan terus – menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide – ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (konsumen) itu kita dapat mengembangkan ide – ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama berserta proses produksi yang ada.
Dr. William Edwards Deming, seorang guru manajemen kualitas dari Amerika srikat, pada bulan Agustus 1950 dalam suatu konferensi dengan manajemen puncak di Hotel de Yama, Mount Hakone, Jepang, memperkenalkan suatu diagram yang memandang industri sebagai suatu sitem. Perbaikan performasi bisnis modern harus mencakup keseluruhan sistem industri dari kedatangan material sampai kepada konsumen dan desain ulang produk atau barang dan atau jasa untuk masa mendatang.
Konsep sistem industri yang dikemukakan oleh Deming popular dengan nama “Road Deming” atau Deming’s Wheel. Bahwa Roda Deming terdiri dari empat komponen utama yaitu: riset, desain produk, proses produksi, dan pemasaran. Deming menekankan pentingnya interaksi tetap antara riset pasar, desain produk, proses produksi, dan pemasaran, agar perusahaan industri mampu menghasilkan produk dengan harga kompetitif dan kualitas yang lebih baik sehingga memuaskan konsumen. Deming menjelaskan bahwa roda itu harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi industri dan peningkatan kualitas. Berdasarkan informasi tentang keinginan konsumen atau pasar yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif, selanjutnya didesain produk sesuai keinginan pasar itu. Hal ini dapat dicapai dengan menghilangkan pemborosan yang terjadi dalam proses produksi itu. Selanjutnya, hasil dari proses produksi yang efisien dan berkualitas itu didistribusikan ke konsumen atau distributor atau pengguna akhir dari produk melalui bagian pemasaran dengan harga yang kompetitif. Setiap bagian dalam organisasi industri modern harus mendukung bagian pemasaran dalam meningkatkan kualitas kepada konsumen.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dipasar global, Harington dan Harington (1995) mengemukakan bahwa dewasa ini di Amerika Serikat telah dimulai dikembangkan apa yang disebut sebagai manajemen bisnis total dalam industri modern.
David L. Hankim dan William Waylett melalui makalahnya yang dipresentasikan dalam American Society for Quality Control (ASQC 49th Annual Quality Congress di Cincinnati, Ohio, USA, pada tanggal 22-25 Mei 1995) mengemukakan metodologi Visual Strategic Tbinking Paradigms (VSPT) yang menciptakan hubungan visual antara pelanggan , pemegang saham, dan karyawan. Hubungan antara pelanggan, pemegang saham, dan karyawan digambarkan sebagai segitiga sama sisi yang tidak dapat dipisahkan. Banyak perusahaan di Amerika Serikat telah menggunakan model – model VSPT untuk memilih proyek dan englokasikan sumber – sumber daya. Survei kepuasan pelanggan melalui riset pasar yang komprensif dan pemberdayaan karyawan melalui penerapan manajemen kualitas total (TQM), dilakukan secara teratur untuk mengukur dampak dari proyek atau suatu aktivitas industri terhadap kepuasan karyawan. Selanjutnya ukuran – ukuran berupa efisien, keuntungan, rasio- rasio keuangan lainnya, secara audit internal digunakan untuk menilai dampak dari suatu aktivitas industri itu pada keputusan pemegang saham.
Konsep manajemen bisnis total telah mulai dikembangkan dan diterapkan oleh manajemen industry dari berbagai Negara maju didunia. Sebagai contoh adalah Singapura. Negara ini merupakan salah satu Negara maju didunia, yang karena berada dalam posisi keterjepitan tidak memiliki number daya alam, semakin bergairah untuk mengembangkan konsep manajemen bisnis total yang menekankan pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif. Bahkan, jaringan televise CNN pernah menyinggung bahwa kemungkinan Singapura akan berkembang menjadi pulau ide – ide, yaitu pulau yang melahirkan ide – ide baru sebagai mesin pengembangan dan kemajuan ekonomi Negara.


C.       Perlu Dukungan Pemerintah
Pengembangan sistem industri modern membutuhkan dana investasi yang besar, terutama pada pengembangan sumber daya manusia yang hasilnya baru dinikmati setelah jangka panjang. Dalam hal ini bantuan pemerintah kepada dunia industri sangat diharapkan, karena tidak mungkin mengharapkan industiawan – industriawan untuk menanam investasi yang sangat besar pada pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Berdasarkan konsep Deming, sistem industri modern harus berlandasan pada pengembangan empat elemen utama secara terus menerus dan terpadu yaitu: riset, desain, produksi, dan pemasaran. Meningat bahwa untuk mengembangkan elemen – elemen riset dan desain membutuhkan inventasi yang sangat besar, pemerintah dalam hal ini diharapkan memberikan bantuan atau mengambil alih tanggung jawab perkembangan riset dan desain dalam bidang industri.
Kemajuan ekonomi suatu bangsa di masa mendatang tidak didasarkan pada kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, tetapi berdasarkan pada kesiapan sistem industri dari Negara itu untuk menghasilkan produk – produk industri yang kompetitif agar mampu memenangkan persaingan dipasar global. Suatu produk industri dikatakan kompetitif, jika produk itu bisa terjual dalam jumlah besar di pasar global, karena konsumen menganggap harga dan kualitasnya dapat diterima, dibandingkan produk lain. Kualitas di sini telah termasuk faktor – faktor berupa dukungan pelayanan, kredit, jaminan penyerahan tepat waktu, jaminan perbaikan kembali, promosi, dan lain –lain.


BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Hal menarik yang perlu dikaji adalah peranan industri – industri di Indonesia yang selama ini bertindak sebagai eksportir pasif, karena melakukan kegiatan ekspor berdasarkan pesanan dari mitra dagang di luar negeri. Model industri “ tukang jahit ” yang hanya berproduksi berdasarkan pesanan dari luar negri, sudah tidak dapat diandalkan lagi dalam era perdagangan bebas, karena pilihan konsumen semakin bervariasi akibat industri mudah memperoleh produk – produk industri dari berbagai Negara di pasar bebas itu.
Proses industri harus dipandangan sebagai suatu perbaikan terus – menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide – ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (konsumen) itu kita dapat mengembangkan ide – ide untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama berserta proses produksi yang ada.
Pengembangan sistem industri modern membutuhkan dana investasi yang besar, terutama pada pengembangan sumber daya manusia yang hasilnya baru dinikmati setelah jangka panjang. Dalam hal ini bantuan pemerintah kepada dunia industri sangat diharapkan, karena tidak mungkin mengharapkan industiawan – industriawan untuk menanam investasi yang sangat besar pada pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Berdasarkan konsep Deming, sistem industri modern harus berlandasan pada pengembangan empat elemen utama secara terus menerus dan terpadu yaitu: riset, desain, produksi, dan pemasaran. Meningat bahwa untuk mengembangkan elemen – elemen riset dan desain membutuhkan inventasi yang sangat besar, pemerintah dalam hal ini diharapkan memberikan bantuan atau mengambil alih tanggung jawab perkembangan riset dan desain dalam bidang industri.


B.       Saran
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan makalah tentang Strategi Manajemen Bisnis Total Menghadapi Persaingan Global ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sangat membantu penulis dalam mencapai tujuan yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz Vincent, PT. Gramedia Pusat Utama: Manajemen Bisis Total dalam Era Globalisasi, Jakarta, 1997